Ta'aruf dengan Rekan Rekanita IPNU IPPNU


{ KE IPNU-IPPNU AN }

A.    Sejarah kelahiran IPNU dan IPPNU
Awal berdirinya organisasi IPNU di ilhami kebutuhan akan sebuah wadah organisasi dalam mengekspresikan ide gagasan, dan potensi belajar, santri dan mahasiswa seluruh Indonesia di bawah naungan Nahdlatul Ulama’. Di beberapa daerah bermunculan organisasi remaja, pelajar maupun santri yang beraviliasi dengan Nahdlatul Ulama, di antaranya Tsamrotul Mustafidin yang terbentuk tanggal 11 Oktober 1936 di surabaya, persatuan anak-anak Nahdlatul Oelama’ (PERSANO), Ikatan Moerid Nahdlatul Ulama’ (IMNO), pada tahun 1945, Ijtimaut Tholabah Nahdlatul Oelama’ (ITNO), pada tahun 1946, Syubbanul Muslimin yang berdiri di Madura. Namun gerakan itu masih bersifat kedaerahan dan masih sulit di koordinasi. Hingga pada tahun 50-an mulai menggeliat gerakan-gerakan muda yang melahirkan organisasi pelajar di antaranya Ikatan Siswa Muballighin Nahdlatul Oelama’ (IKSIMNO) pada tahun 1952  di Semarang, Persatuan Pelajar nahdlatul Oelama’ (PEPERPENO) di Kediri, Ikatan Pelajar Islam Nahdlatul Oelama’(IPINO), Ikatan Pelajar Nahdlatul oelama’ (IPNO), di Surakarta dsb.
Dari latar tersebut mengilhami akan kebutuhan berdirinnya organisasi pelajar dan santri pada level nasional, sehingga pada Konbes LP Ma’arif di Semarang IPNU diplokamirkan sebagai organisasi yang mewadai pelajar se-Nusantara secara resmi pada tanggal 24 Februari 1954 bertepatan tanggal 20 jumadil Akhir 1373. Adapun pelopornya antara lain : M. Sofyan Cholil, H. Musthafa, Achmad Masjhub dan A. Ghani Farida M. Uda. Sebagai ketua umum disepakati Mochamad Tolchah Mansur.
Sedangkan Sejarah kelahiran IPPNU dimulai dari perbincangan ringan oleh beberapa remaja putri yang sedang menuntut ilmu di Sekolah Guru Agama (SGA) Surakarta, tentang keputusan Muktamar NU ke-20 di Surakarta. Maka perlu adanya organisasi pelajar di kalangan Nahdliyat. Hasil obrolan ini kemudian dibawa ke kalangan NU, terutama Muslimat NU, Fatayat NU, GP. Ansor, IPNU dan Banom NU lainnya untuk membentuk tim resolusi IPNU putri pada kongres I IPNU yang akan diadakan di Malang. Selanjutnya disepakati bahwa peserta putri yang akan hadir di Malang dinamakan IPNU putri.
Dalam suasana kongres IPNU, yang dilaksanakan pada tanggal 28 Februari – 5 Maret 1955, ternyata keberadaan IPNU putri masih diperdebatkan secara alot. Rencana semula yang menyatakan bahwa keberadaan IPNU putri secara administratif menjadi departemen dalam organisasi IPNU. Namun, hasil pembicaraan dengan pengurus teras PP IPNU telah membentuk semacam kesan eksklusifitas IPNU hanya untuk pelajar putra. Melihat hasil tersebut, pada hari kedua kongres, peserta putri yang terdiri dari lima utusan daerah (Yogyakarta, Surakarta, Malang, Lumajang dan Kediri) terus melakukan konsultasi dengan jajaran teras Badan Otonom NU yang menangani pembinaan organisasi pelajar yakni PB Ma’arif (KH. Syukri Ghozali) dan PP Muslimat (Mahmudah Mawardi). Dari pembicaraan tersebut menghasilkan beberapa keputusan yakni:

1.     Pembentukan organisasi IPNU putri secara organisatoris dan secara administratif terpisah dari IPNU
2.     Tanggal 2 Maret 1955 M/ 8 Rajab 1374 H dideklarasikan sebagai hari kelahiran IPNU putri.
3.     Untuk menjalankan roda organisasi dan upaya pembentukan-pembentukan cabang selanjutnya ditetapkan sebagai ketua yaitu Umroh Mahfudhoh dan sekretaris Syamsiyah Mutholib.
4.     PP IPNU putri berkedudukan di Surakarta, Jawa Tengah.
5.     Memberitahukan dan memohon pengesahan resolusi pendirian IPNU putri kepada PB Ma’arif NU. Selanjutnya PB Ma’arif NU menyetujui dan mengesahkan IPNU putri menjadi Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).

Dalam perjalanan selanjutnya, IPPNU telah mengalami pasang surut organisasi dan berbagai peristiwa nasional yang turut mewarnai perjalanan organisasi ini.Khususnya di tahun 1985, ketika pemerintah mulai memberllakukan UU No. 08 tahun 1985 tentang keormasan khusus organisasi pelajar adalah OSIS, sedangkan organisasi lain seperti IPNU-IPPNU, IRM dan lainnya tidak diijinkan untuk memasuki lingkungan sekolah. Oleh karena itu, pada Kongres IPPNU IX di Jombang tahun 1987, secara singkat telah mempersiapkan perubahan asas organisasi dan IPPNU yang kepanjangannya “Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama” berubah menjadi “Ikatan Putri-Putri Nahdlatul Ulama”.
Selajutnya, angin segar reformasi telah pula mempengaruhi wacana yang ada dalam IPPNU. Perjalanan organisasi ketika menjadi “putri-putri” dirasa membelenggu langkah IPPNU yang seharusnya menjadi organisasi pelajar di kalangan NU. Keinginan untuk kembali ke basis semula yakni pelajar demikian kuat, sehingga pada kongres XII IPPNU di Makasar tanggal 22-25 Maret tahun 2000 mendeklarasikan bahwa IPPNU akan dikembalikan ke basis pelajar dan penguatan wacana gender.
Naun, pengembalian ke basis pelajar saja dirasa masih kurang. Sehingga pada Kongres ke XIII IPPNU di Surabaya tanggal 18-23 Juni 2003, IPPNU tidak hanya mendeklarasikan kembali ke basis pelajar tetapi juga kembali ke nama semula yakni “Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama”. Dengan perubahan akronim ini, IPPNU harus menunjukkan komitmennya untuk memberikan kontribusi pembangunan SDM generasi muda utamanya di kalangan pelajar putri dengan jenjang usia 12-30 tahun dan tidak terlibat pada kepentingan politik praktis yang bisa membelenggu gerak organisasi. Namun perlu juga dipahami bahwa akronim “pelajar” lebih diartikan pada upaya pengayaan proses belajar yang menjadi spirit bagi IPPNU dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan seluruh komponen masyarakat Indonesia dengan mengedepankan idealisme dan intelektualisme .
Status organisasi IPNU dan IPPNU semula menjadi anak asuh LP. Ma’arif NU dan sejak tanggal 30 Agustus 1960 (Konggres IPNU VI dan IPPNU V). Status keduanya menjadi salah satu Badan Otonom NU  yang tercantum dalam AD NU pasal 13 ayat 4


B.    Prinsip Perjuangan Pelajar IPNU dan IPPNU
Prinsip dalam KBBI di istilahkan sebagai asas atau kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak dsb. Prinsip Perjuangan Pelajar IPNU-IPPNU dahulu dikenal dengan sebutan “Citra Diri IPNU-IPPNU”. Dalam skala nasional, kerja kepengurusan IPNU dan IPPNU berjalan secara terpisah, sehingga ketentuan masing-masing juga diatur sendiri. Istilah Citra Diri IPNU dirubah istilahnya menjadi P2 IPNU (Prinsip Perjuangan IPNU) sejak Kongres XV IPNU di Jakarta. Sedangkan IPPNU masih tetap menggunakan istilah Citra Diri sampai sekarang.
Adapun isi dari Prinsip Perjuangan Pelajar IPNU-IPPNU antara lain:
a.     Landasan Berfikir
Sebagaimana ditetapkan dalam khittah NU 1926, Aswaja  (Ahlussunnah wal jamaah) adalah cara berfikir, bersikap, dan bertindak bagi warga Nahdliyin. Sikap dasar itu yang menjadi watak IPNU, dengan watak  keislamannya yang mendalam dan dengan citra  keindonesiaannya yang matang.
Cara berfikir menurut IPNU sebagai manifestasi ahlussunah wal jama’ah adalah cara berfikir  teratur dan runtut dengan memadukan antara dalil naqli (yang  berdasar al-Qur’an dan Hadits) dengan dalil aqli (yang  berbasis pada akal budi) dan dalil waqi’i (yang berbasis  pengalaman).  Oleh arena itu, di sini IPNU menolak cara berpikir yang hanya berlandaskan dengan akal budi semata, sebagaimana yang  dikembangkan kelompok pemikir bebas (liberal tingkers) dan kebenaran mutlak ilmu materialistis (paham kebendaan).
Demikian juga IPNU menolak pemahaman zahir (lahir) dan  kelompok tekstual (literal), karena tidak memungkinkan  memahami agama dan kenyataan social secara mendalam.

b.     Landasan Bersikap
Landasan bersikap kader IPNU-IPPNU dalam menjalankan kegiatan pribadi dan berorganisasi harus tetap memegang teguh nilai-nilai yang diusung dari norma dasar keagamaan Islam ala ahlussunnah wal jama’ah dan norma yang bersumber dari masyarakat. Landasan nilai ini diharapkan dapat membentuk watak diri seorang kader IPNU-IPPNU. Nilai-nilai sikap yang harus dikembangkan tersebut adalah:

1.     Diniyyah/agama
a.     Tauhid (at-tauhid) merupakan keyakinan yang kokoh terhadap Allah swt.
b.     Persaudaraan dan persatuan (al-ukhuwwah wal-ittihad) dengan mengedepankan sikap mengasihi makhluk.
c.     Keluhuran moral (al-akhlaqul karimah) dengan menjunjung tinggi kebenaran dan kejujuran  (as-shidqu). Bentuk kebenaran dan kejujuran yang dipahami:
-        As-shidqu ila llah, perilaku benar kepada Allah sebagai buah keimanan diri pribadi muslim
-        Ashidqu ila ummah, perilaku jujur dan benar kepada masyarakat dalam melakukan pencerahan terhadap masyarakat.
-        Ash shidqu ila an-nafsi, jujur dan benar kepada  diri sendiri dalam bersikap dan bertindak
-        Amar ma'ruf nahy munkar, sikap dakwah selalu menyerukan kebaikan dan mencegah segala bentuk kemunkaran.

2.     Keilmuan, Prestasi dan Kepeloporan
a.     menunjunjung tinggi ilmu pngetahuan dan teknologi dengan semangat peningkatan kualitas SDM IPNU dan menghargai ahli-ahli atau sumber pengetahuan secara proporsional.
b.     Menunjunjung tinggi nilai-nilai amal, kerja dan prestasi sebagai bagian dari ibadah kepada Allah subhanahu wata’ala.
c.     Menjunjung tinggi kepeloporan dalam usaha mendorong, memacu, dan mempercepat perkembangan masyarakat.

3.     Sosial Kemasyarakatan
a.     Menjunjung tinggi kebersamaan di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara dengan semangat mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi.
b.     Selalu siap mempelopori setiap perubahan yang membawa kemanfaatanserta kemaslahatan

4.     Keikhlasan dan Loyalitas
a.     menjunjung tinggi sifat keikhlasan dalam berkhidmah dan berjuang
b.     menjunjung tinggi kesetiaan (loyalitas) kepada agama, bangsa, dan negara dengan melakukan ikhtiar perjuangan di bawah naungan IPNU

Adapun cara bersikap kader IPNU-IPPNU adalah dengan memandang dunia sebagai kenyataan yang beragam. Karena itu keberagaman diterima sebagai kenyataan. Namun juga bersikap aktif yakni menjaga dan mempertahankan kemajemukan tersebut agar harmonis (selaras), saling mengenal (lita’arofu) dan memperkaya secara budaya
Sikap moderat (selalu mengambil jalan tengah) dan menghargai perbedaan menjadi semangat utama dalam mengelola kemajemukan tersebut. Dengan demikian IPNU-IPPNU juga menolak semua sikap yang mengganggu keanekaragaman atau keberagaman budaya tersebut. Pluralitas, dalam pandangan IPNU-IPPNU harus diterima sebagai kenyataan sejarah.
Dalam bertindak, Aswaja mengakui adanya kehendak Allah (taqdir) tetapi Aswaja juga mengakui bahwa Allah telah mengkaruniai manusia pikiran dan kehendak. Karena itu dalam bertindak, IPNU-IPPNU tidak bersikap menerima begitu saja dan menyerah kepada nasib dalam menghadapi kehendak Allah, tetapi berusaha untuk mencapai taqdir Allah dengan istilah kasab (usaha). Namun demikian, tidak harus berarti bersifat antroposentris (mendewakan manusia), bahwa manusia bebas berkehendak. Tindakan manusia tidak perlu di batasi dengan ketat, karena akan dibatasi oleh alam, oleh sejarah. Sementara Allah tidak dibatasi oleh faktor-faktor itu. Dengan demikian IPNU-IPPNU tidak memilih menjadi sekuler, melainkan sebuah proses pergerakan iman yang mengejawantah dalam seluruh aspek kehidupan.

c.     Landasan Berorganisasi
Adapun dalam berorganisasi, IPNU-IPPNU mendasarkan pola kerjanya dengan landasan sebagai berikut
1.     Ukhuwah (Persaudaraan/solidaritas)
Adapun gerakan ukhuwah IPNU meliputi:
a)    Ukhuwwah Nahdliyyah
Ukhuwah Nahdliyah atau persaudaran antar warga NU harus menjadi prinsip utama sebelum melangkah ke ukhuwah yang lain. Ini bukan untuk memupuk sektarianisme, melainkan sebaliknya sebagai pengokoh ukhuwah yang lain, sebab hanya kaum nahdiyin yang mempunyai system pemahaman keagamaan yang mendalam dan bercorak sufistik yang moderat dan selalu menghargai perbedaan serta gigih menjaga kemajemukan budaya, tradisi, kepercayaan dan agama yang ada.
Ukhuwah nahdliyah berperan sebagai landasan ukhuwah yang lain. Karena ukhuwah bukanlah tanggapan yang bersifat serta merta, melainkan sebuah keyakinan, penghayatan, dan pandangan yang utuh serta matang yang secara terus menerus perlu dikuatkan.

b)    Ukhuwwah Islamiyyah
Ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan antar sesama muslim mempunyai ruang lingkup lebih luas yang melintasi aliran dan madzhab dalam Islam. Oleh sebab itu ukhuwah ini harus dilandasi dengan kejujuran, cinta kasih, dan rasa saling percaya untuk kesejahteraan umat Islam serta tidak diarahkan untuk menggangu ketentraman agama atau pihak yang lain. Tanpa landasan tersebut ukhuwah islamiyah sering diselewengkan oleh kelompok tertentu untuk menguasai yang lain.
Dengan ukhuwah Islamiyah yang adil itu umat Islam Indonesia dan seluruh dunia bisa saling mengembangkan, menghormati, melindungi serta membela dari gangguan kelompok lain yang membahayakan keberadaan iman, budaya dan masyarakat Islam secara keseluruhan.

c)     Ukhuwwah Wathaniyyah
Ukhuwah Wathoniyah atau solidaritas nasional harus dijaga oleh kader nahdliyin karena dalam kenyataannya bangsa ini tidak hanya terdiri dari berbagai warna kulit, agama dan budaya, tetapi juga mempunyai berbagai pandangan hidup. Karena itulah IPNU-IPPNU berkewajiban turut mengembangkan ukhuwah wathaniyah untuk menjaga kerukunan nasional. Karena dengan adanya ukhuwah wathaniyah ini keberadaan NU, umat Islam dan agama lain terjaga. Sebab keislaman IPNU-IPPNU adalah bentuk dari Islam Indonesia (Islam yang berkembang dan melebur dengan tradisi dan budaya Indonesia); bukan Islam di Indonesia (Islam yang baru datang dan tidak berakar dalam budaya Indonesia).



d)    Ukhuwwah Basyariyyah
Ukhuwah basyariyah adalah persaudaraan antar sesama manusia. Walaupun NU memegang teguh prinsip ukhuwah nahdliyah, islamiyah dan wathaniyah, namun NU tidak berpandangan dan berukhuwah sempit. NU tetap menjunjung tinggi solidaritas kemanusiaan seluruh dunia, menolak pemerasan dan penjajahan (imperialisme dan neoimperialisme) satu bangsa atas bangsa lainnya karena hal itu mengingkari martabat kemanusiaan. Bagi IPNU-IPPNU, penciptaan tata dunia yang adil tanpa penindasan dan peghisapan merupakan keniscayaan.
Ukhuwah basyariyah memandang manusia sebagai manusia, tidak tersekat oleh tembok agama, warna kulit atau pandangan hidup, semuanya ada dalam satu persaudaraan dunia. Persaudaran ini tidak bersifat pasif (diam di tempat), tetapi selalu giat membuat inisiatif (berikhtiar) dan menciptakan terobosan baru dengan berusaha menciptakan tata dunia baru yang lebih adil,beradab dan terbebas dari penjajahan dalam bentuk apapun.

2.     Amanah (dapat dipercaya)
Dalam kehidupan yang serba bersifat duniawi (kebendaan), sikap amanah mendapat tantangan besar yang harus terus dipertahankan. Sikap amanah (saling percaya) ditumbuhkan dengan membangun kejujuran, baik pada diri sendiri maupun pihak lain. Sikap tidak jujur akan menodai prinsip amanah, karena itu pelakunya harus dikenai sangsi organisasi secara tegas. Amanah sebagai ruh gerakan harus terus dipertahankan, dibiasakan dan diwariskan secara turun temurun dalam sikap dan perilaku sehari-hari.

3.     Ibadah (Pengabdian)
Berjuang dalam NU untuk masyarakat dan bangsa haruslah berangkat dari semangat pengabdian, baik mengabdi pada IPNU-IPPNU, umat, bangsa, dan seluruh umat manusia. Dengan demikian mengabdi di IPNU-IPPNU bukan untuk mencari penghasilan, pengaruh atau jabatan, melainkan merupakan ibadah yang mulia. Dengan semangat pengabdian itu setiap kader akan gigih dan ikhlas membangun dan memajukan IPNU-IPPNU. Tanpa semangat pengabdian, IPNU-IPPNU hanya dijadikan tempat mencari kehidupan, menjadi batu loncatan untuk memproleh kepentingan pribadi atau golongan.
Lemahnya organisasi dan ciutnya gerakan IPNU-IPPNU selama ini terjadi karena pudarnya jiwa pengabdian para pengurusnya. Pengalaman tersebut sudah semestinya dijadikan pijakan untuk membarui gerakan organisasi dengan memperkokoh jiwa pengabdian para pengurus dan kadernya. Semangat pengabdian itulah yang pada gilirannya akan membuat gerakan dan kerja-kerja peradaban IPNU-IPPNU akan semakin dinamis dan nyata.

4.     Asketik (Kesederhanaan)
Sikap amanah dan pengabdian muncul bila seseorang memiliki jiwa asketik (bersikap zuhud/sederhana). Karena pada dasarnya sikap materialistik (hubbu al-dunya) akan menggerogoti sikap amanah dan akan merapuhkan semangat pengabdian, karena dipenuhi pamrih duniawi. Maka, sikap zuhud adalah suatu keharusan bagi aktivis IPNU-IPPNU. Sikap ini bukan berarti anti duniawi atau anti kemajuan, akan tetapi menempuh hidup sederhana, tahu batas, tahu kepantasan sebagaimana diajarkan oleh para salafus sholihin. Dengan sikap asketik itu keutuhan dan kemurnian perjuangan IPNU-IPPNU akan terjaga, sehingga kekuatan moral yang dimiliki bisa digunakan untuk menata bangsa ini.

5.     Non-Kolaborasi
Landasan berorganisasi non-kolaborasi harus ditegaskan kembali, mengingat dewasa ini banyak lembaga yang didukung oleh pemodal asing yang menawarkan berbagai jasa dan dana yang tujuannya bukan untuk memandirikan, melainkan untuk menciptakan ketergantungan dan pengaburan terhadap khittah serta prinsip-prinsip gerakan NU secara umum, melalui campur tangan dan pemaksaan ide dan agenda mereka.
Karena itu untuk menjaga kemandirian, maka IPNU-IPPNU harus menolak untuk berkolaborasi (bekerja sama) dengan kekuatan pemodal asing baik secara akademik, politik, maupun ekonomi. Selanjutnya kader-kader IPNU-IPPNU berkewajiban membangun paradigma (kerangka) keilmuan sendiri, system politik dan sistem ekonomi sendiri yang berakar pada budaya sejarah bangsa nusantara sendiri.

6.     Komitmen Pada Korp
Untuk menerapkan prinsip-prinsip serta menggerakkan roda organisasi, maka perlu adanya kesetiaan dan kekompakan dalam korp (himpunan) organisasi. Karena itu seluruh anggota korp harus secara bulat menerima keyakinan utama yang menjadi pandangan hidup dan seluruh prinsip organisasi. Demikian juga pimpinan, tidak hanya cukup menerima ideology dan prinsip pergerakan semata, tetapi harus menjadi pelopor, teladan dan penggerak prinsip-prinsip tersebut.
Segala kebijakan pimpinan haruslah mencerminkan suara seluruh anggota organisasi. Dengan demikian seluruh anggota korp harus tunduk dan setia pada pimpinan. Dalam menegakkan prinsip dan melaksanakan program, pimpinan harus tegas memberi ganjaran dan sanksi pada anggota korp. Sebaliknya, angga harus berani bersikap terbuka dan tegas pada pimpinan dan berani menegur dan meluruskan bila terjadi penyimpangan.

7.     Kritik-Otokritik
Untuk menjaga keberlangsungan organisasi serta memperlancar jalannya program, maka perlu adanya cara kerja organisasi. Untuk mengatasi kemungkinan terjadinya kemandekan atau bahkan penyimpangan, maka dibutuhkan kontrol terhadap kinerja dalam bentuk kritik-otokritik (saling koreksi dan introspeksi diri). Kritik-otokritik ini bukan dilandasi semangat permusuhan tetapi dilandasi semangat persaudaraan dan rasa kasih sayang demi perbaikan dan kemajuan IPNU-IPPNU.

C.    Hubungan IPNU danIPPNU dengan NU beserta banom-banomnya dan maupun ormas lain
a.     Intern (dalam lingkungan NU)
IPNU-IPPNU sebagai perangkat dan badan otonom NU, secara kelembagaan memiliki kedudukan yang sama dan sederajat dengan badan-badan otonom lainnya, yaitu memiliki tugas utama melaksanakan kebijakan NU. Masing-masing badan otonom yang berdiri sendiri itu hanya dapat dibedakan dengan melihat kelompok yang menjadi sasaran dan bidang garapannya masing-masing.
Bidang garap IPNU-IPPNU menitik beratkan pada kelompok masyarakat NU pada tingkat pelajar dan santri. Pada jenjang pendidikan formal/pelajar di mulai dari tingkat MTs/SMP, MA/SMA/SMK, maupun di PTS/PTN. Sedangkan pada jenjang pendidikan nonformal/santri dimulai Madin Wustho, Ulya dan Ma’had ‘Aly (pendidikan tinggi pesantren yang disetarakan).
Adapun posisi IPNU-IPPNU di ranting/tingkat desa, kriteria keanggotaan didasarkan kembali pada PD/PRT secara umum yakni diukur dari sisi usia pelajar pada kisaran usia 12 sampai 29 tahun walaupun anggota tersebut tidak sedang duduk di bangku pendidikan. Sesuai dengan sifat organisasi, bahwa IPNU-IPPNU memiliki target group (kader) yakni pelajar, santri, mahasiswajadi harus memprioritaskan pada pemberdayaan kader-kader khususnya dilingkungan NU.

b.     Ekstern (di luar lingkungan NU)
IPNU-IPPNU adalah bagian integral dari generasi muda Indonesia yang memiliki tanggung jawab terhadap kelangsungan hidup bangsa dan Negara Republik Indonesia dan merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya dan cita-cita perjuangan NU serta cita-cita bangsa Indonesia.
Dalam dunia pendidikan, IPNU-IPPNU adalah organisasi pelajar sejajar dengan OSIS. Posisi IPNU dapat menjadi alternatif organisasi baik intra maupun ekstra (tidak harus menggeser OSIS). Akan tetapi, lebih tepatnya dalam sebuah lembaga pendidikan baik madrasah maupun sekolah hanya menggunakan salah satu diantara IPNU-IPPNU atau OSIS saja untuk mengefektifkan wadah organisasi bagi pelajar. Pada pondok pesantren, dapat berkerjasama dengan organisasi santri-santriwati yang ada di pondok pesantren (pada prinsipnya bersaudara dan bermitra/rekan) dan di perguruan tinggi, dapat menjadi pilihan dari sekian banyak organisasi kemahasiswaan dengan latar belakang ideologi dan faham yang beragam.
Tujuan organisasi; kesempurnaan kepribadian bagi pelajar Indonesia sehingga akan terbentuk pelajar Indonesia yang bertaqwa kepada Allah swt, berilmu, berakhlak mulia dan berwawasan kebangsaan serta bertanggung jawab atas tegak dan terlaksananya syari’at islam menurut faham ahlussunnah wal jama’ah.

D.    Seputar PDPRT.IPNU dan IPPNU
a.     Hakikat
IPNU-IPPNU adalah wadah perjuangan pelajar NU untuk menyosialisasikan komitmen nilai-nilai keislaman, kebangsaan, keilmuan, kekaderan,  dan keterpelajaran dalam upaya penggalian dan pembinaan kemampuan yang dimiliki sumber daya anggota, yang senantiasa mengamalkan kerja nyata demi tegaknya ajaran Islam Ahlussunnah wal jamaah dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
b.     Aqidah/Azaz
1.     IPNU-IPPNU berazazkan islam menurut faham Ahlusunnah Wal Jama’ah dan mengikuti salah satu madzhab 4 (safi’i,maliki,hanafi,hambali)
2.     Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara IPNU-IPPNU berpedoman pada  pancasila dan UUD 1945
c.     Sifat
IPNU-IPPNU adalah organisasi yang bersifat kepelajaran, keilmuan, masyarakatan, dan sosial keagamaan.
d.     Fungsi
Fungsi IPNU dan IPPNU adalah sebagai berikut :
1.     Wadah perjuangan pelajar Nahdlatul Ulama dalam pendidikan dan kepelajaran.
2.     Wadah kaderisasi pelajar untuk mempersiapkan kader-kader penerus Nahdlatul Ulama dan pemimpin bangsa.
3.     Wadah penguatanpelajar dalam melaksanakan dan mengembangkan Islam ahlussunah wal-Jamaah untuk melanjutkan semangat, jiwa dan nilai-nilai nahdliyah.
4.     Wadah komunikasi pelajar untuk memperkokoh ukhuwah nahdliyah, islamiyah, insaniyah dan wathoniyah.
e.     Tujuan Organisasi
1.     Terbentuknya kesempurnaan pelajar Indonesia yg bertaqwa kepada Allah, berilmu dan berakhlakul karimah.
2.     Bertanggung jawab atas tegak dan berkembangnya syari’ah Islam menurut faham Aswaja.
3.     Terbentuknya kader Islam yang berwawasan kebangsaan.
4.     Terbentuknya masyarakat Indonesia yang adil makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
f.      Struktur organisasi
STRUKTUR
TINGKAT
PERIODESASI
IPNU
IPPNU
PP (Pimpinan Pusat)
Ibu Kota
3 Tahun
3 Tahun
PW (Pimpinan Wilayah)
Provinsi
3 Tahun
3 Tahun
PC (Pimpinan Cabang)
Kabupaten/Kota
2 Tahun
2 Tahun
PAC (Pimpinan Anak Cabang)
Kecamatan
2 Tahun
2 Tahun
PK (Pimpinan Komisariat)
Sekolah/Ponpes/PT
1 Tahun
1 Tahun
PR (Pimpinan Ranting)
Desa/kelurahan
2 Tahun
2 Tahun

g.     Permusyawaratan

PERMUSYAWARATAN
PP
KONGRES
RAKERNAS(Rapat Kerja Nasional)
RAPIMNAS (Rapat Pimpinan Nasional)
RAKORNAS (Rapat Koordinasi Nasional)
PW
KONFERWIL
(Konferensi Wilayah)
RAKERWIL(Rapat Kerja Wilayah)
RAPIMWIL(Rapat Pimpinan Wilayah)
RAKORWIL (Rapat Koordinasi Wilayah)
PC
KONFERCAB
(Konferensi Cabang)
RAKERCAB(Rapat Kerja Cabang)
RAPIMCAB(Rapat Pimpinan Cabang)
RAKORCAB (Rapat Koordinasi Cabang)
PAC
KONFERANCAB (Konferensi Anak Cabang)
RAKERANCAB (Rapat Kerja Anak Cabang)
RAPIMANCAB(Rapat Pimpinan Anak  Cabang)
RAKORANCAB (Rapat Koordinasi Anak Cabang)
PR
RAPAT ANGGOTA
RAKER
PK
RAPAT ANGGOTA
RAKER

h.     Lambang
A.    Lambang IPNU
a.     Lambang organisasi berbentuk bulat
b.     Warna dasar hijau berlingkar kuning ditepinya dengan diapit dua lingkaran putih.
c.     Dibagian atas tercantum huruf IPNU dengan titik diantaranya diapit oleh tiga garis pendek (satu
diantaranya lebih panjang pada bagian kanan dan kirinya, semua berwarna putih).
d.     Dibawahnya terdapat bintang sembilan, lima terletak sejajar yang satu diantaranya lebih besar terletak ditengah dan empat bintang lainnya terletak mengapit membentuk sudut segi tiga, semua berwarna kuning.
e.     Diantara bintang yang mengapit terdapat dua kitab dan dua bulu angsa yang bersilangan berwarna putih.

Arti Lambang IPNU :
§  Warna hijau : subur, warna kuning : himmah/cita-cita yang tinggi, warna putih : suci.
§  Bentuk bulat : kontinuitas / terus-menerus / istiqomah
§  Tiga titik diantara huruf IPNU : Islam, Iman, Ikhsan
§  Enam garis / strip pengapit huruf IPNU : Rukun Iman
§  Bintang : ketinggian cita-cita
§  Sembilan bintang : Lambang keluarga besar NU
     5 bintang diatas : 1 bintang yang besar ditengah : Nabi Muhammad SAW sedangkan 4 bintang di kanan kiri : Khulafaur Rosyidin, yaitu sahabat : Abu bakar Ashidiq, Umar bin Khotob, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib RA.
     4 bintang di bawah : 4 madzhab, yaitu Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Syafi’i, dan Imam Maliki ra.
§  Dua kitab : Al-Qur’an dan Al-Hadits
§  Bulu : Lambang ilmu, 2 bulu angsa bersilang : sintesis / perpaduan ilmu agama dan ilmu umum.
§  Bintang bersudut 5 : Rukun Islam
2.    Lambang IPPNU
a.    Lambang organisasi segitiga sama kaki.
b.    Warna dasar hijau bergaris berwarna kuning yang diapit dua warna putih ditepinya.

c.     Isi lambang : Bintang sembilan, yang satu besar terletak diatas, empat menurun disisi kiri dan empat lainnya menurun disisi kanan dan berwarna kuning. Dua kitab dan dua bulu ayam bersilang berwarna putih, dua bunga melati di sudut bawah berwarna putih.
d.     Dibawah dua bulu dan diantara dua bunga melati terdapat tulisan IPPNU dengan titik diantara huruf-hurufnya berwarna putih.

Arti Lambang IPPNU :
§  Warna hijau : kebenaran, warna kuning : kejayaan dan himmah / cita-cita yang tinggi, warna putih : kesucian.
§  Bentuk segi tiga : Islam – Iman – Ikhsan
§  Dua garis tepi : 2 Kalimat Syahadat
§  Sembilan bintang : Lambang keluarga besar NU
     1 bintang yang besar diatas : Nabi Muhammad SAW
     4 bintang menurun di sisi kanan : Khulafaur Rosyidin, yaitu sahabat : Abu bakar Ashidiq, Umar bin Khotob, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib RA.
     4 bintang menurun di sisi kiri : 4 madzhab, yaitu Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Syafi’i, dan Imam Maliki ra.
§  Dua kitab : Al-Qur’an dan Al-Hadits
§  Bulu : Lambang ilmu, 2 bulu bersilang :aktif menuntut ilmu agama dan ilmu umum, aktif membaca dan menulis.
§  Dua bunga : sintesis / perpaduan ilmu agama dan ilmu umum
§  Lima titik diantara huruf IPPNU : Rukun Islam
Lagu Mars IPNU dan IPPNU

MARS IPNU


Wahai Pelajar Indonesia
Siapkanlah Barisanmu
Bertekad Bulat Bersatu
Di Bawah Kibaran Panji IPNU

Ayo Hai Pelajar Islam yang Setia
Kembangkanlah Agamamu
Dalam Negara Indonesia
Tanah air yang kucinta

Dengan berpedoman kita belajar
Berjuang serta bertaqwa
Kita bina watak nusa dan bangsa
Tuk kejayaan masa depan

Bersatu wahai pelajar Islam jaya
Tunaikanlah kewajiban yang mulia
Ayo maju pantang mundur
Dengan rahmat Tuhan kita perjuangkan

Ayo maju pantang mundur
Pasti tercapai adil makmur
MARS IPPNU


Sirnalah gelap terbilah terang
Mentari timur sudah bercahya
Ayunkan langkah pukul genderang
Sgala rintangan mundur semua

Tiada laut sedalam iman
Tiada gunung setinggi cita
Sujud kepala kepada Tuhan
Tegak kepala lawan derita

Di malam yang sepi di pagi yang terang
Hatiku teguh padamu ikatan
Di malam yang hening di pagi membakar
Hatiku penuh bagimu pertiwi

Mekar seribu bunga di taman
Mekar cintaku pada ikatan
Ilmu ku cari amal ku beri
Untuk agama bangsa negeri



LAGU – LAGU IPNU IPPNU


HYMNE IPNU


IPNU pelajar mahasiswa
di seluruh negeri
Berpadu kita semua
perjuangan yang murni

Tegakkan rahmat ilahi
Kemerdekaan sejati
Empat Madzhab tulus
Peraturan Organisasi & Pedoman

Administrasi PP IPNU
Pilih dengan semurni hati
Kami angkatan muda hakiki
Berjuang pasti

Teruskan nyalamu menuju
Menuju Islam jaya
Syi’arkanlah gema ilahi
Untuk sejahtera nusa bangsa

MARS MAKESTA


PUTRA PUTRI Nahdlatul Ulama
Bunga harapan bangsa
Putra-putri NU terpercaya
Kembangkan agama yang mulia

Sadar akan hari depan kami
Berjuang berbakti
Membela agama, negara dan bangsa
Dengan iman, Islam, dan taqwa

Di medan MAKESTA KITA ditempa
Berjiwa Ahlusunnah Waljamaah
Tekad baja sentosa
Maju pantang mundur
Satria dan setia
Bergerak kita dari medan MAKESTA



0 komentar: